Jumat, 19 Juli 2013

Cinta Romantis - Romantic Love - 浪漫爱情


Le printemps („Der Frühling“, 1873), von Pierre Auguste Cot.





❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀

Cinta 

adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia atau benda lainnya. Bisa dialami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke-21 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut:

Terminologi

Penggunaan istilah cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perkataan love dalam bahasa Inggris. Love digunakan dalam semua amalan dan arti untuk eros, philia, agape dan storge. Namun demikian perkataan-perkataan yang lebih sesuai masih ditemui dalam bahasa serantau dan dijelaskan seperti berikut:
  • Cinta yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu, eros.
  • Sayang yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga, philia.
  • Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, agape.
  • Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme, nasionalisme dan narsisme, storge.

Etimologi

Beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia atau bahasa Melayu apabila dibandingkan dengan beberapa bahasa mutakhir di Eropa, terlihat lebih banyak kosakatanya dalam mengungkapkan konsep ini. Termasuk juga bahasa Yunani kuno, yang membedakan antara tiga atau lebih konsep: eros, philia, dan agape.
Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada lima syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:
  • Perasaan
  • Pengenalan
  • Tanggung jawab
  • Perhatian
  • Saling menghormati
Erich Fromm dalam buku larisnya (The Art of Loving) menyatakan bahwa ke empat gejala: care, responsibility, respect, knowledge muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai. Omong kosong jika seseorang mengatakan mencintai anak tetapi tak pernah mengasuh dan tak ada tanggung jawab pada si anak. Sementara tanggung jawab dan pengasuhan tanpa rasa hormat sesungguhnya & tanpa rasa ingin mengenal lebih dalam akan menjerumuskan para orang tua, guru, rohaniwan, dan individu lainnya pada sikap otoriter.


 ❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀

Hawa nafsu 

adalah sebuah kekuatan emosional yang langsung berkaitan dengan pemikiran atau fantasi tentang hasrat seseorang, biasanya berkenaan dengan seks.

Hawa Nafsu Menurut Islam

"Hawa nafsu" terdiri dari dua kata: hawa (الهوى) dan nafsu (النفس).
Dalam bahasa Melayu, 'nafsu' bermakna keinginan, kecenderungan atau dorongan hati yang kuat. Jika ditambah dengan kata hawa (=hawa nafsu), biasanya dikaitkan dengan dorongan hati yang kuat untuk melakukan perkara yang tidak baik. Adakalanya bermakna selera, jika dihubungkan dengan makanan. Nafsu syahwat pula berarti keberahian atau keinginan bersetubuh.
Ketiga perkataan ini (hawa, nafsu dan syahwat) berasal dari bahasa Arab:
  • Hawa (الهوى): sangat cinta; kehendak
  • Nafsu (النفس): roh; nyawa; jiwa; tubuh; diri seseorang; kehendak; niat; selera; usaha
  • Syahwat (الشهوة): keinginan untuk mendapatkan yang lazat; berahi.
Ada sekelompok orang menganggap hawa nafsu sebagai "setan yang bersemayam di dalam diri manusia," yang bertugas untuk mengusung manusia kepada kefasikan atau pengingkaran. Mengikuti hawa nafsu akan membawa manusia kepada kerusakan. Akibat pemuasan nafsu jauh lebih mahal ketimbang kenikmatan yang didapat darinya. Hawa nafsu yang tidak dapat dikendalikan juga dapat merusak potensi diri seseorang.
Sebenarnya setiap orang diciptakan dengan potensi diri yang luar biasa, tetapi hawa nafsu dapat menghambat potensi itu muncul ke permukaan. Potensi yang dimaksud di sini adalah potensi untuk menciptakan keadilan, ketenteraman, keamanan, kesejahteraan, persatuan dan hal-hal baik lainnya. Namun karena hambatan nafsu yang ada pada diri seseorang potensi-potensi tadi tidak dapat muncul ke permukaan (dalam realita kehidupan). Maka dari itu menyucikan diri atau mengendalikan hawa nafsu adalah keharusan bagi siapa saja yang menghendaki keseimbangan, kebahagiaan dalam hidupnya karena hanya dengan berjalan di jalur-jalur yang benar sajalah manusia dapat mencapai hal tersebut.


❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀




Lukisan Eros bersama ibunya.

Eros 

(bahasa Yunani: Ἔρως), dalam mitologi Yunani, adalah dewa cinta dan nafsu seksual. Dia juga disembah sebagai dewi kesuburan. Eros juga merupakan sebuah kata dalam bahasa Yunani yang berarti cinta berdasarkan hawa nafsu saja. Kata turunannya adalah erotis.
Dalam mitologi Yunani, Eros diceritakan sebagai anak dari Afrodit, dewi kecantikan (mitologi Romawi: Venus). Eros disebut juga Kupido atau Amor dan dilambangkan dengan anak kecil bersayap yang selalu membawa busur dan anak panah. Ada sebuah cerita yang mengatakan Eros bahkan memiliki hubungan antar pria dan wanita dengan ibunya sendiri.
Eros membantu manusia maupun dewa dalam urusan percintaan. Anak panahnya tidak akan meleset, hati yang tertembus olehnya akan dipenuhi oleh cinta.

Eros dan Psikhe

Psikhe adalah perempuan yang sangat cantik bahkan menyaingi kecantikan dewi Afrodit. Afrodit yang tidak rela kecantikannya tersaingi kemudian menyuruh anaknya, Eros, untuk membuat Psikhe jatuh cinta pada lelaki yang jelek. Ketika Eros hendak menembak Psikhe dengan panahnya, Eros secara tidak sengaja menggores panah tersebut ke badannya sendiri sehingga Eros menjadi jatuh cinta pada Psikhe.
Afrodit tidak menyetujui hubungan mereka dan memberi beberapa tantangan pada Psikhe. Ketika menjalankan salah satu perintah Afrodit tersebut Psikhe terkena kutukan. Eros kemudian mennyelamatkan Psikhe dan mendatangi Zeus. Zeus mengabulkan permintaan Eros dan menyatakan bahwa mereka boleh hidup bersama.

Eros - ἔρως - 性愛, cinta yang menginginkan, cinta bersyarat, asmara, terkena panah asmara, gandrung, gandrung kapirangu, gandrung wuyung, wuyung, dimabuk cinta (lovestruck), kasmaran (love-sickness), tergila-gila, jatuh cinta (falling in love), cinta mesra (intimate love), cinta intim (intimate love).



❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀

Daya tarik seksual 

adalah segala kelebihan yang dimiliki oleh seseorang (individu) yang terbaca oleh lawan jenisnya dan dianggap sebagai pemikat dan pada umumnya dinyatakan sebagai ekspresi cinta maupun birahi. Daya tarik seksual adalah kenikmatan sex yang tidak bersifat "nikmat" secara langsung.

❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀

Berahi 

adalah istilah dalam seksualitas yang menunjukkan keadaan kesiapan fisik dan mental suatu individu untuk melakukan hubungan seksual/persanggamaan. Keadaan ini ditunjukkan oleh banyak hewan, termasuk manusia. Berahi dapat didorong oleh siklus fisik (muncul secara alami) maupun dimanipulasi untuk muncul.
Terdapat keadaan berahi yang sedikit berbeda antara manusia dan hewan lainnya. Pada manusia, berahi diketahui lebih banyak dikendalikan oleh kondisi kejiwaan, yang menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada beberapa organ. Dengan kata lain, seseorang yang sehat dapat secara relatif mengatur sendiri kesiapannya untuk mencapai kondisi berahi. Percumbuan adalah perilaku yang paling umum dilakukan untuk mencapai taraf itu. Pada hewan, khususnya berkelamin betina, berahi dikendalikan oleh suatu siklus hormonal (siklus estrus, yang berbeda dengan siklus haid pada manusia). Hewan betina tidak dapat dirangsang atau merangsang diri untuk siap bersanggama apabila tubuhnya tidak berada pada kondisi yang memungkinkan. Sebaliknya, pada manusia orang dapat kapan saja melakukan hubungan persanggamaan, namun biasanya pada saat haid, perempuan kehilangan keinginan untuk melakukannya.
Secara fisik, berahi ditunjukkan oleh meningkatnya aliran peredaran darah dan meningkatnya suhu beberapa bagian tubuh, terutama bagian reproduksi. Pada hewan jantan yang memiliki penis, terjadi peningkatan aliran darah ke bagian ini dan penis akan menegang dan mengeras (disebut sebagai ereksi). Rangsangan terhadap pejantan ini bersifat kemofisik. Khusus pada manusia juga bersifat psikis. Pada betina, berahi ditunjukkan oleh peningkatan suhu di bagian sekitar vagina. Pada manusia, selain perubahan pada vagina, juga terjadi pengerasan di bagian puting susu (juga terjadi pada laki-laki).
Dalam peternakan sapi dikenal istilah "3A" yang merupakan singkatan tiga pertanda dalam bahasa Jawa untuk menunjukkan keadaan berahi: abang, abuh, anget (merah, membengkak, hangat).

❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀

Libido 

dalam penggunaannya secara umum berarti gairah seksual; namun dalam definisi yang bersifat lebih teknis, seperti yang ditemukan dalam hasil karya Carl Gustav Jung, mempunyai pengertian yang lebih umum, mengartikan libido sebagai energi psikis yang dimiliki individu untuk digunakan bagi perkembangan pribadi atau individuasi.
Sigmund Freud (bapak psikologi modern) memopulerkan istilah ini dan mendefinisikan libido sebagai energi atau daya insting, terkandung dalam apa yang disebut Freud sebagai identifikasi, yang berada dalam komponen ketidaksadaran dari psikologi. Freud menunjukkan bahwa dorongan libidinal ini dapat bertentangan dengan perilaku yang beradab. Kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat dan pengendalian libido menyebabkan ketegangan dan gangguan dalam diri individu, mendorong untuk digunakannya pertahanan ego untuk menyalurkan energi psikis dari kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebanyakan tidak disadari ini ke dalam bentuk lain. Penggunaan berlebihan dari pertahanan ego menyebabkan neurosis. Tujuan utama dari analisis psikologis adalah untuk membawa dorongan identifikasi ke dalam kesadaran, yang memungkinkan untuk ditemukan secara langsung sehingga mengurangi ketergantungan pasien pada pertahanan ego.
Menurut psikolog Swiss Carl Gustav Jung, libido diidentifikasi sebagai energi psikis. Pertentangan yang menghasilkan energi (atau libido) dari psikis, menurut Jung, mengekspresikan diri hanya melalui simbol-simbol: "Adalah energi yang memanifestasikan diri dalam proses kehidupan dan dipersepsi secara subjektif sebagai usaha atau hasrat."
Didefinisikan secara lebih sempit, libido juga merujuk pada keinginan individual untuk terlibat dalam aktivitas seksual. Dalam hal ini, lawan kata dari libido adalah destrudo.

❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀


El carácter chino para el amor (愛 -
consiste en un corazón (en medio) dentro de «aceptar», 
«sentir» o «percibir» que muestra una emoción llena de gracia.

Cultura china y otras culturas sínicas

En el idioma chino y la cultura china contemporáneos, se usan varios términos o palabras raíz para el concepto de amor:
  • Ai (愛 - ) se usa como verbo (p. ej., wo ai ni, «te amo») o como nombre, especialmente en aiqing (愛情 - 爱情), «amor» o «romance». En la China continental, y desde 1949, airen (愛人 - 爱人, originalmente «amante», o, más literalmente, «persona de amor») es la palabra dominante para «esposo» (habiendo sido desenfatizados originalmente los términos separados para «esposa» y «marido»); la palabra tuvo una vez una connotación negativa, que permanece, entre otros lugares, en Taiwán.
  • Lian (戀 - ) generalmente no se usa de forma aislada, sino como parte de términos tales como «estar enamorado» (談戀愛 - 谈恋爱, tan lian'ai —que también contiene ai), «amante» (戀人 - 恋人, lianren) u «homosexualidad» (同性戀 - 同性恋, tongxinglian). En el confucianismo, lian es un amor benevolente y virtuoso que deberían buscar todos los seres humanos, y refleja una vida moral. El filósofo chino Mozi desarrolló el concepto de ai (愛 - ) como reacción al lian confucianista. Ai, en el mohismo, es un amor universal hacia todos los seres, no sólo hacia los amigos o familia, sin consideración de la reciprocidad. La extravagancia y la guerra ofensiva son hostiles hacia ai. Aunque el pensamiento de Mozi tuvo influencia, el término confucianista lian es el que la mayoría de los chinos usan para el amor.
  • Qing (情), que comúnmente significa «sentimiento» o «emoción», generalmente indica «amor» en varios términos. Está contenido en la palabra aiqing (愛情 - 爱情). Qingren (情人) es un término usado con el significado de «amante».
  • Gănqíng (感情) es el «sentimiento» de relación, vagamente similar a la empatía. Una persona expresará amor construyendo buen gănqíng, conseguido por medio de ayuda o trabajo prestados a otras personas y apego emocional hacia otra persona o hacia cualquier otra cosa.
  • Yuanfen (緣份 - 缘份) es la conexión de destinos vinculados. Una relación significativa es generalmente concebida como dependiente de un fuerte yuanfen. Consiste en buena suerte a la hora de hacer un descubrimiento afortunado e inesperado. Conceptos similares en español son: «Estaban hechos el uno para el otro», o el «destino».
  • Zaolian (simplificado: 早恋, tradicional: 早戀, pinyin: zǎoliàn), literalmente, «amor temprano», es un término contemporáneo usado frecuentemente para los sentimientos románticos o el apego entre niños o adolescentes. Describe tanto la relación entre novio y novia adolescentes como el enamoramiento de la adolescencia temprana o la niñez. El concepto indica en esencia la creencia prevalente en la cultura china contemporánea consistente en que, debido a la demanda de los estudios (derivada sobre todo del sistema educativo altamente competitivo de China), los jóvenes no crean apego romántico y por lo tanto ponen en peligro sus oportunidades de éxito futuro. Han aparecido informes en periódicos y otros medios chinos que detallan la prevalencia del fenómeno, los peligros observados en los estudiantes y los temores de sus padres.

❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀

Chinese and other Sinic cultures

Two philosophical underpinnings of love exist in the Chinese tradition, one from Confucianism which emphasized actions and duty while the other came from Mohism which championed a universal love. A core concept to Confucianism is Ren ("benevolent love", 仁), which focuses on duty, action and attitude in a relationship rather than love itself. In Confucianism, one displays benevolent love by performing actions such as filial piety from children, kindness from parent, loyalty to the king and so forth.
The concept of Ai (愛) was developed by the Chinese philosopher Mozi in the 4th century BC in reaction to Confucianism's benevolent love. Mozi tried to replace what he considered to be the long-entrenched Chinese over-attachment to family and clan structures with the concept of "universal love" (jiān'ài, 兼愛). In this, he argued directly against Confucians who believed that it was natural and correct for people to care about different people in different degrees. Mozi, by contrast, believed people in principle should care for all people equally. Mohism stressed that rather than adopting different attitudes towards different people, love should be unconditional and offered to everyone without regard to reciprocation, not just to friends, family and other Confucian relations. Later in Chinese Buddhism, the term Ai (愛) was adopted to refer to a passionate caring love and was considered a fundamental desire. In Buddhism, Ai was seen as capable of being either selfish or selfless, the latter being a key element towards enlightenment.
In contemporary Chinese, Ai (愛) is often used as the equivalent of the Western concept of love. Ai is used as both a verb (e.g. wo ai ni 我愛你, or "I love you") and a noun (such as aiqing 愛情, or "romantic love"). However, due to the influence of Confucian Ren, the phrase ‘Wo ai ni’ (I love you) carries with it a very specific sense of responsibility, commitment and loyalty. Instead of frequently saying "I love you" as in some Western societies, the Chinese are more likely to express feelings of affection in a more casual way. Consequently, "I like you" (Wo xihuan ni, 我喜欢你) is a more common way of expressing affection in Chinese; it is more playful and less serious.[28] This is also true in Japanese (suki da, 好きだ). The Chinese are also more likely to say "I love you" in English or other foreign languages than they would in their mother tongue. 

❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀❀



 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar